- Pengertian Komunikasi
Kata atau
istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau
menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan
ini bersumber pada kata communis Dalam kata communis ini
memiliki makna ‘berbagi’ atau ‘menjadi milik bersama’ yaitu suatu usaha yang
memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.
Komunikasi
secara terminologis merujuk pada adanya proses penyampaian suatu pernyataan
oleh seseorang kepada orang lain. Jadi dalam pengertian ini yang terlibat
dalam komunikasi adalah manusia. Karena itu merujuk pada pengertian Ruben dan
Steward(1998:16) mengenai komunikasi manusia yaitu:
Human
communication is the process through which individuals –in relationships,
group, organizations and societies—respond to and create messages to adapt to
the environment and one another.Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan
masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain.
Untuk
memahami pengertian komunikasi tersebut sehingga dapat dilancarkan secara
efektif dalam Effendy(1994:10) bahwa para peminat komunikasi sering kali
mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam
karyanya, The Structure and Function of Communication in
Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk untuk menjelaskan
komunikasi ialah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut: Who Says What
In Which Channel To Whom With What Effect?
Paradigma
Lasswell di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu,yaitu:
1.
Komunikator
(siapa yang mengatakan?)
2.
Pesan
(mengatakan apa?)
3.
Media
(melalui saluran/ channel/media apa?)
4.
Komunikan
(kepada siapa?)
5.
Efek (dengan
dampak/efek apa?).
Jadi
berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, secara sederhana proses komunikasi
adalah pihak komunikator membentuk (encode) pesan dan menyampaikannya
melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek
tertentu.
2.
Unsur-unsur
Komunikasi
Unsur-Unsur
Komunikasi
1. Sumber
2. Komunikator
3. Pesan
4. Channel/ Saluran
5. Komunikasi
6. Efek
7. Faktor- faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi
1.
Sumber
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.
2.
Komunikator
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:
·
Penampilan
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.
Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.
·
Penguasaan
masalah
Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul- betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.
Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul- betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.
·
Penguasaan
bahasa
Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.
Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.
3.
Pesan
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.
Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.
4.
Channel/
Saluran
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, misalnya televisi.
Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, misalnya televisi.
5.
Komunikasi
Komunikasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
1) personal
2) kelompok, dan
3) massa
Komunikasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu
1) personal
2) kelompok, dan
3) massa
Dari segi
sasarannya, komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal,
komunikasi kelompok dan komunikasi massa.
6.
Efek
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil.
Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil.
Faktor- faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi
Empat tahap proses komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:
Empat tahap proses komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:
·
pengumpulan
fakta
·
Perencanaan
·
Komunikasi
·
Evaluasi
Prosedur
mencapai effect yang dikehendaki menurut Wilbur Schraam, yaitu:
·
Attention
(perhatian)
·
Interest
(Kepentingan)
·
Desire
(Keinginan)
·
Decision
(Keputusan)
·
Action
(Tindakan)
3. Bagaimana
menyalurkan ide melalui konunikasi
Komunikasi
dalam organisasi sangat penting karena dengan adanya komunikasi maka seseorang
bisa berhubungan dengan orang lain dan saling bertukar pikiran yang bisa
menambah wawasan seseorang dalam bekerja atau menjalani kehidupan sehari-hari.
Maka untuk membina hubungan kerja antar pegawai maupun antar atasan bawahan
perlulah membicarakan komunikasi secara lebih terperinci.
Dalam
menyalurkan solusi dan ide melalui komunikasi harus ada si pengirim berita
(sender) maupun si penerima berita (receiver). Solusi-solusi yang diberikan pun
tidak diambil seenaknya saja, tetapi ada penyaringan dan seleksi, manakah
solusi yang terbaik yang akan diambil, dan yang akan dilaksanakan oleh
organisasi tersebut agar mencapai tujuan, serta visi, misi suatu organisasi.
Akan tetapi
dalam prakteknya proses komunikasi harus melalui tahapan-tahapan yang
kadang-kadang tidak begitu mudah. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah
sebagai berikut:
Ide (gagasan)
=> Si Sender
·
Perumusan
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
Dalam perumusan, disini ide si sender disampaikan dalam kata-kata.
·
Penyaluran
(Transmitting)
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
Penyaluran ini adalah bisa lisan, tertulis, mempergunakan symbol, atau isyarat dsb.
·
Tindakan
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
Dalam tindakan ini sebagai contoh misalnya perintah-perintah dalam organisasi dilaksanakan.
·
Pengertian
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
Dalam pengertian ini disini kata-kata si sender yang ada dalam perumusan tadi menjadi ide si receiver.
·
Penerimaan
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Penerimaan ini diterima oleh si penerima berita (penangkap berita).
Dalam membina kerja sama dalam kelompok inilah yang nantinya
digunakan dalam rangka membina koordinasi organisasi kesatuan gerak dan arah
yang sesuai dengan arah dan tujuan organisasi.
Agar
tercapai koordinasi dalam kerjasama pada organisasi itu sangat penting dilaksanakannya
komunikasi yang setepat-tepatnya dan seefektif mungkin sehingga koordinasi dan
kerjasama benar-benar dapat dilaksanakan setepat-tepatnya juga.
Suatu
keputusan adalah rasional secara sengaja bila penyesuaian-penyesuaian sarana
terhadap hasil akhir dicoba dengan sengaja oleh individu atau organisasi, dan
suatu keputusan adalah rasional secara organisasional bila keputusan diarahkan
ke tujuan-tujuan individual.
Pengambilan
keputusan juga sangat memerlukan komunikasi yang setepat-tepatnya, karena dalam
akhir dari pengambilan keputusan tersebut hendaknya juga merupakan pencerminan
dari adanya koordinasi dan kerjasama yang tercipta dalam lingkungan perusahaan
atau lingkungan organisasi.
4. Hambatan-hambatan komunikasi
Setiap
komunikasi selalu menginginkan komunikasi yang dilakukannya dapat mencapai
tujuan. Oleh karenanya seorang komunikator perlu memahami setiap jenis hambatan
komunikasi, agar ia dapat mengantisipasi hambatan tersebut.
A.
HAMBATAN PSIKOLOGIS
Hambatan
komunikasi massa yang termasuk dalam hambatan psikologis adalah kepentingan
(interest), prasangka (prejudice), stereotip (stereotype), dan motivasi
(motivation). Disebut sebagai hambatan psikologis karena hambatan-hambatan
tersebut merupakan unsur-unsur dari kegiatan psikis manusia.
a.
Kepentingan (Interest)
Kepentingan atau interest akan
membuat seseorang selektif dalam menanggapi atau menghayati pesan. Orang hanya
memperhatikan perangsang (stimulus) yang ada hubungannya dengan kepentingannya.
Effendy (komala dalam karlinah, dkk. 1999) mengemukakan secara gamblang bahwa
apabila kita tersesat dalam hutan dan beberapa hari tak menemui makanan
sedikitpun, maka kita akan lebih memperhatikan perangsang-perangsang yang
mugkin dapat dimakan dari pada yang lain-lainnya.
Andaikata
dalam situasi demikian kita dihadapkan pada pilihan antara makanan dan
sekantong berlian, maka pastilah kita akan memillih makanan. Berlian baru akan
diperhatikan kemudian. Lebih jauh Effendy mengemukakan, kepentingan bukan hanya
memengaruhi perhatian kita saja tetapi juga menentukan daya tanggap, perasaan,
pikiran dan tingkah laku kita.
b.
Pransangka (prejudice)
Menurut
Sears, prasangka berkaitan dengan persepsi orang tentang
seseorang atau kelompok lain, dan sikap serta perilakunya terhadap mereka
(komala, dala Karlinah, dkk. 1999). Untuk memperoleh gambaran yang
jelas mengenai prasangka, maka sebaiknya kita bahas terlebih dahulu secara
singkat pengertian persepsi.
Presepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan
yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat,
pada komala, dalam karlinah. 1999) persepsi itu ditentukan oleh faktor personal
dan faktor situasional. David Krech dan Richard S. Crutchfield (komala, dalam
Karlinah. 1999) menyebutkan sebagai faktor fungsional dan faktor struktural.
Faktor personal atau fungsional itu antara lain adalah kebutuhan (need),
pengalaman masa lalu, peran dan status. Jadi yang menentukan persepsi bukan
jenis atau bentuk stimulus, tetapi karakteristik orang yang memberikan respon
pada stimulus itu.
Faktor situasional atau struktur yang menentukan persepsi berasal
semata-semata dari sifat stimulus secara fisik. Menurut Kohler, jika kita ingin
memahami suatu peristiwa, kita tidak dapat meneliti fakta-fakta yang terpisah;
kita harus memandanganya dalam hubungan keseluruhan. Untuk memahami seseorang,
kita harus melihat dalam konteks, dalam linkungan dan dalam masalah yang
dihadapinya.
Pembahasan tentang persepsi sekalipun singkat telah memberikan gambaran
yang jelas, bahwa persepsi memang dapat menentukan sikap orang terhadap
stimulus (benda, manusia, peristiwa) yang dihadapinya.
Pada umumnya prasangka dilakukan oleh suatu kelompok masyarakat tertentu
terhadap kelompok masyarakat lainnya karena perbedaan suku ras dan agama.
Seperti prasangka orang kulit putih terhadap orang Negro di Amerika Serikat,
Nazi terhadap orang Yahudi di Eropa. Prasangka merupakan jenis sikap yang
secara sosial sangat merusak.
Berkenaan dengan kegiatan komunikasi, prasangka merupakan salah satu
rintangan atau hambatan bagi tercapainya suatu tujuan.komunikasi yang mempunyai
prasangka, sebelum pesan disampaikan sudah bersikap curiga dan menentang
komunikator. Prasangka seringkali tidak didasarkan pada alasan-alasan yang
objektif,sehingga prasangka komunikan pada komunikator tidak ditujukan pada
logis dan tidaknya suatu pesan atau manfaat pesan itu bagi dirinya, melainkan
menentang pribadi komunikator. Menurut Effendy (Komala, dalam Karlinah. 1999),
dalam prasangka,emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar
prasangka tanpa menggunakan pikiran yang rasional.
Untuk mengatasi hambatan komunikasi yang berupa prasangka yang ada pada
komunikasi, maka komunikator yang akan menyampaikan pesan melalui media massa
sebaiknya komunikator yang netral, dalam arti ia bukan orang yang
kontroversial.
c.
Stereotip (Stereotype)
Prasangka sosial bergandengan dengan stereotip yang merupakan gambaran atau
tanggapan tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi orang atau golongan
lain yang bercorak negatif (Gerungan,pada komala, dalam Karlinah, dkk. 1999).
Stereotip mengenai orang lain atau itu sudah terbentuk pada orang yang
berprasangka, meski sesungguhnya orang yang berprasangka itu belum bergaul
dengan orang yang diprasangkainya.
d.
Motivasi (Motivation)
Semua tingkah laku manusia pada hakikatnya mempunyai motif tertentu. Motif
merupakan suatu pengertian yang melingkupisemua penggerak, alasan-alasan atau
dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan manusia berbuat sesuatu.
Gerungan menjelaskan,dalam mempelajari tingkah laku manusia pada
umumnya, kita harus mengetahui apa yang dilakukannya, bagaimana ia melakukannya
dan mengapa ia melakukan itu, dengan kata lain kita sebaik-baiknya mengetahui
know what, know how, dan know why.dalam masalah ini, persoalan know why adalah
berkenaan dengan pemahaman motif-motif manusia dalam perbuatanya, karena motif
memberi tujuan dan arah pada tingkah laku manusia.
Seperti
kita ketahui, keinginan dan kebutuhan masing-masing individu berbeda dari waktu
ke waktu dan dari tempat ketempat, sehingga motif juga berbeda-beda. Motif
seseorang bisa bersifat tunggal, bisa juga bergabung. Misalnya, motif seseorang
menonoton acara “seputar indonesia” yang disiarkan RCTI adalah untuk memperoleh
informasi
(motif tunggal), tapi bagi seseorang lainya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga pengisi waktu luang (motif bergabung).
(motif tunggal), tapi bagi seseorang lainya adalah untuk memperoleh informasi, sekaligus juga pengisi waktu luang (motif bergabung).
Contoh
lain, seseorang menonton acara “Dialog Terbuka” yang disiarkan oleh ANTV
mengenai topik hukum memiliki motif tunggal karena sesuai dengan profesinya,
penonton lainya memiliki motif bergabung, yakni menambah wawasan dan pengisi
waktu luang. Atau mungkin ada juga penonton lainnya yang menonton acara
tersebut hanya karena tidak bisa tidur. Hal ini berlaku pula pada orang-orang
yang membaca media cetak, surat kabar atau majalah. Bagi seseorang yang khusus
menyediakan waktu untuk membaca surat kabar akan memiliki motif yang berbeda
dengan seorang lainnya yang membaca surat kabar atau majalah di ruang tunngu
dokter.
B.
HAMBATAN SOSIOKULTURAL
a.
Aneka Etnik
Belasan ribu pulau yang membenteng dari sabang sampai merauke merupakan
kekayaan alam Indonesia yang tidak ternilai harganya. Tiap-tiap pulau di huni
oleh etnik yang berbeda. Pulau-pulau besar, seperti pulau jawa, Sumatra,
Sulawesi, Kalimantan, Papua terbagi menjadi beberapa bagian, dimana tiap bagian
memiliki budaya yang berbeda.
b.
Perbedaan Norma Sosial
Perbedaan budaya sekaligus juga menimbulkan perbadaan norma sosial yang
berlaku pada masing-masing etnik. Norma sosial dapat didefinisikan sebagai suatu
cara, kebiasaan, tat krama dan alat istiadat yang disampaikan secara turun
temurun, yang dapat memberikan petunjuk bagi seseorang untuk bersikap dan
bertingkah laku dalam masyarakat (disarikan dari Soekanto, 1982: 194).
Norma sosial mencerminkan sifat-sifat yang hidup pada suatu masyarakat dan
dilaksanakan sebagai alat pengawas secara sadar dan tidak sadar oleh masyarakat
terhadap anggota-anggotanya.
Mengingat beragam norma sosial yang berlaku di indonesia, maka tidak
tertutup kemungkinan terhadap pertentangan nilai, dalam arti kebiasaan dan adat
istiadat yang dianggap baik bagi suatu masyarakat, dianggap tidak baik bagi
masyarakat lainnya dan sebaliknya.
c.
Kurang Mampu Berbahasa Indonesia
Keragaman etnik telah menyebabkan keragaman bahasa yang digunakan dalam
pergaulan sehari-hari. Dapat dikatakan, jumlah bahasa yang ada di indonesia
adalah sebanyak etnik yang ada. Seperti kita ketahui bersama bahwa masyarakat
Batak memiliki berbagai macam bahasa batak. Masyarakat di Papua, Kalimantan
juga demikian keadaannya. Jadi sekalipun bahasa Indonesia merupakan bahasa
nasional yang selalu kita ucapkan pada saat memperingati sumpah pemuda, kita
tidak dapat menutup mata akan kenyataan yang ada, yakni masih masih adanya
masyarakat Indonesia, terutama di daerah terpencil yang belum bisa berbahasa
Indonesia. Hal ini dapat menyulitkan penyebarluaskan kebijakan dan
program-program pemerintah.
Kita ambil contoh, suatu saat pemerintah akan mengeluarkan kebijakan baru
yang harus segera diketahui dan dilaksanakan oleh seluruh masyarakat
Indonesia.cara yang paling tepat dan cepat untuk mengkomunikasikan pesan itu
adalah melalui media massa ( radio siaran ,surat kabar, dan televisi). Sesuai
dengan karaktristik media massa, dalam waktu bersamaan pesan akan diterima oleh
sejumlah besar komunikan. Masalah akan timbul manakala komunikan tidak bisa
berbahasa indonesia, atau kemampuan berbahasa indonesianya minim. Ini berarti
pesan tidak sampai pada mereka. Dalam menanggulangi masalah ini, pemerintah
akan menggunakan aparat setempat atau para petugas penyuluh, atau para opinion
leader untuk mengkomunikasikan kebijakan dan program pemerintah dengan
menggunakan bahasa daerah setempat.
d.
Faktor
Semantik
Semantik adalah pengetahuan tentang pengertin atau makna kata yang
sebenarnya. Jadi hambatan semantik adalah hambatan mengenai bahasa, baik bahasa
yang digunakan oleh komunikator, maupun bahasa yang digunakan oleh
komunikan. Hambatan semantis dalam suatu proses komunikasi dapat terjadi dalam
beberapa bentuk.
Pertama, komunikator salah mengucapkan kata-kata atau istilah sebagai akibat
bebrbicara terlalu cepat. Pada saat ia berbicara, pikiran dan perasaan belum
terformulasika, namun kata-kata terlanjur terucapkan. Maksudnya akan mengatakan
“ demokrasi” jadi “demonstrasi”; partisipasi menjadi “ partisisapi”;
ketuhanan”jadi “kehutanan”, dan masih banyak lagi kata-kata yang sering salah
diucapkan karena tergesa-gesa.
Kedua, adanya perbedaan makna makna dan penegrtian untuk kata atau istilah yang
sama sebagai akibat aspek psikologi. Misalnya kata “Gedang”akan
berarti”pepaya” bagi orang sund, namun berarti “ pisang” menurut orang jawa.
Sedangkan kata “pepaya” untuk orang jawa adalah “ kates”.
Ketiga, adalah adanya pengertian yang konotatf.
Sebagaiman kita ketahui semantik pengetahuan mengenai pengertian kata-kata yang
sebenarnya. Kata-kata yang sebenarnya itu disebut pengertain denotatif, yaitu
kata-kata yang lazim diterima oleh orang-orang dengan bahasa dan kebudayaan
yang sama (Efendy, pada komala, dalam karlina, dkk, 1999).
e.
Pendidikan Belum Merata
Penduduk indonesia pada saat ini sudah mencapai 200 juta jiwa dan tersebar
diseluruh pulau dan Nusantar. Ditinaju dari sudut pendidikan, maka tingkat
pendidikan rakyat indonesia belum merata. Di perkotaan, relatif banayak
penduduk yang dapat menyelesaikan pendidikan sampai jenjang perguruan tinggi,
tetapi di desa-desaterpencil, jangankan menyelesaikan perguruan tinggi
kesempatan untuk menyelesaikan pendidikan dasar pun relatif kecil. Ini adalah
kenyataan yang tidak bisa dihindari, namun amat disadari oleh pemerintah,
sehingga untuk menanggulanginya pemerintah telah mencanangkan program
pendidikan sembilan tahun.
f.
Hambatan Mekanis
Hambatan komunikasi massa lainnya adalah hambatan teknis sebagai
konsekuensi penggunaan media massa yang dapat disebut sebagai hamabatn mekanis.
Hambatan mekanis pada media televisi terjadi pada saat stasiun atau pemancar
penerima mendapat gangguan baik secara teknis maupun akibat cuaca buruk,
sehingga gambar yang diteima pada pesawat televisi tidak jelas, buram, banayak
garis atau tidak ada gambar sama sekali.
C.
HAMBATAN INTERAKSI VERBAL
Devito, pada komala, dalam karlinah, dkk. 1999, mengemukakan tujuh jenis
hamabatan yang sering terjadi pada komunikasi antara persona yang ia sebut
sebagai baries to verbal interaction. Dari ketujuh jenis hamabtan interaksi
verbal tersebut beberapa pula diantaranya dapat pula terjadi pada komunikasi
mass, namun dengan sedikit perbedaan. Apabila pda komunikasi antarapesona
ahmbatan-hambatan itu dapat terjadi pada pihak komunikator dan komunikan sekaligus
secara bersama-sama atau masing-masing, maka pada komunikasi massa hambatan
tersebut pada umumnya terjadi pada pihak komunika. Jenis-jenis hamabatan itu di
antaranya adalah :
a.
Polarisasi
Polarisasi ( polarization ) kencenderungan untuk melihat dunia dalam bentuk
lawan kata dan menguraikannya dalam bentuk ekstrem, seperti baik atau buruk,
positif atau negatif, sehat atau sakit, pandai atau bodoh, dan lainlain. Kita
mempunyai kecenderungan kuat untuk melihat titik-titik ekstrem dan
mengelompokkan manusia, objek, dan kejadian dalam bentuk lawan kata yang
ekstrem.
Diantara dua kutub atau dua sisi yang berlawanan itu, sebagaian besar
manusia atau keadaan berada di tengah-tengah. Di antara yang sanagt miskin dan
yang sangat kaya, kenyataannya lebih banyak yang sedang-sedang saja. Di antara
yang sangat baik dan sangat buruk, lebih banyak yang cukup baik.
b.
Oreintasi Intensional
Orientasi
intensional ( intensional orientation ) mengcau pada kecenderungan kita untuk
melihat manusia, objek dan kejadian sesuai dengan ciri yang melekat pada
mereka. Orientasi intensio-nal terjadi bila kita bertindak seakan-akan label
adalah lebih penting daripada orangnya sendiri.
Dalam proses komunikasi massa, orentasi internasioal biasanya dilakukan
oleh komunikan terhadap komunikator, bukan sebaliknya. Misalnya, seorang
presenter yang berbicara dilayar televisi, dan kebetulan wajah
presenter tersebut tidak manarik ( kuarang cantik/ganteng ), maka komunikan
akan intensional menilainya sebagai tidak menarik sebelum kita mendengar apa
yang dikatakannya. Cara mengatasi oreintasi intensional adalah dengan
ekstensionalisas, yaitu dengan memberikan perhatian utama kita pada manusia,
benada atau kajadian-kejadian di dunia ini sesuai dengan apa yang kita lihat.
c.
Evaluasi Statis
Pada suatu hari kita melihat seorang komunikator X berbicara melalui
pesawat televisi. Menurut presepsi kita, cara berkomunikasi dan materi
komunikasi yang dikemukakan komunikator tersebut tidak baik, sehingga kita
membuat abstraksi tentang komunikator itupun tidak baik. Evaluasi
kita tentang komunikator X bersifat statis tetap seperti itu dan tidak beruba.
Akibatnya, mungkin selamanya kita tidak mau menonton atau mendengar komunikator
X berbicara. Tetapi seharusnya kita menyadari bahwa komunikastor X dari waktu ke
waktu dapat berubah, sehingga beberapa tahun kemudian ia dapat menyampaikan
pesan secara baik dan menarik.
d.
Indiskriminasi
Indiskriminasi ( indiscrimination ) terjadi bila ( komunikan ) memusatkan
perhatian pada kelompok orang, benda atau kejadian dan tidak mampu melihat
bahwa masing-masing bersifat unik atau khas dan perlu diamati secara
individual. Indiskriminasi juga merupakan inti dari stereotip. Stereotip adalah
gambaran mental yang menetap tentang kelompok tertentu yang kita anggap berlaku
untuk setiap orang ( anggota) dalam kelompok tersebut tanpa memperhatikan
adanya kekhasan orang bersangkutan. Terlepas dari apakah stereotip itu positif
atau negatif, masalah yang ditimbulkan tetap sama. Sikap ini membut kita
mengambil jalan pintas yang seringkali tidak tepat.
5. Klasifikasi Komunikasi Dalam
Organisasi
Di bawah ini
ada beberapa klasifikasi komunikasi dalam organisasi yang di tinjau dari
beberapa segi
1. Dari segi sifatnya :
a. Komunikasi Lisan
komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara
cth: presentasi
b. Komunukasi Tertulis
komunikasi melalui tulisan
Cth: email
c. Komunikasi Verbal
komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan
cth: curhat
d. Komunikasi Non Verbal
komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat)
cth: seseorang yang nerves (gemetar)
a. Komunikasi Lisan
komunikasi yang berlangsung lisan / berbicara
cth: presentasi
b. Komunukasi Tertulis
komunikasi melalui tulisan
Cth: email
c. Komunikasi Verbal
komunikasi yang dibicarakan/diungkapkan
cth: curhat
d. Komunikasi Non Verbal
komunikasi yang tidak dibicarakan(tersirat)
cth: seseorang yang nerves (gemetar)
2. Dari segi arahnya :
a. Komunikasi Ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan
b. Komunikasi Ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan
c. Komunikasi Horizontal
komunikasi ke sesama manusia / setingkat
d. Komunikasi Satu Arah
pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik)
e. Komunikasi Dua Arah
berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi
a. Komunikasi Ke atas
komunikasi dari bawahan ke atasan
b. Komunikasi Ke bawah
komunikasi dari atasan ke bawahan
c. Komunikasi Horizontal
komunikasi ke sesama manusia / setingkat
d. Komunikasi Satu Arah
pemberitahuan gempa melalui BMKG(tanpa ada timbal balik)
e. Komunikasi Dua Arah
berbicara dengan adanya timbal balik/ saling berkomunikasi
a. Menurut Lawannya :
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
cth:berbicara melalui telepon
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok
Cth: kelompok satpam menginterogasi maling
c. Kelompok Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain
Cth: debat partai politik
a. Komunikasi Satu Lawan Satu
berbicara dengan lawan bicara yang sama banyaknya
cth:berbicara melalui telepon
b. Komunikasi Satu Lawan Banyak (kelompok)
berbicara antara satu orang dengan suatu kelompok
Cth: kelompok satpam menginterogasi maling
c. Kelompok Lawan Kelompok
berbicara antara suatu kelompok dengan kelompok lain
Cth: debat partai politik
a. Menurut Keresmiannya :
a. Komunikasi Formal
komunikasi yang berlangsung resmi
cth: rapat pemegang saham
b. Komunikasi Informal
komunikasi yang tidak resmi
cth : berbicara dengan teman
a. Komunikasi Formal
komunikasi yang berlangsung resmi
cth: rapat pemegang saham
b. Komunikasi Informal
komunikasi yang tidak resmi
cth : berbicara dengan teman
6. Faktor – faktor perubahan
Organisasi
Di dalam
sebuah perubahan dan pengembangan tentu dapatlah terjadi pada apapun dan siapapun
tidak terkecuali dengan suatu bidang organisasi. Namun, tidak banyak individu
atau organisasi yang menyukai adanya perubahan, namun perubahan tidak dapat
dihindari namun harus di hadapi secara lantang dan berani.
Faktor perubahan dalam suatu organisasi dapat terjadi karna 2 faktor, yaitu :
1.
Faktor
internal
Merupakan
suatu faktor yang segala keseluruhan faktor yang ada di dalam organisasi dimana
faktor tersebut dapat mempengaruhi organisasi dan kegiatan organisasi tersebut
yang bersangkutan.
2.
Faktor eksternal
Merupakan
segala keseluruhan faktor yang ada di luar organisasi yang dapat mempengaruhi
organisasi dan kegiatan organisasi. Beberapa faktor tersebut antara lain :
Politik,
Hukum , Kebudayaan, Teknologi, Sumber alam, Demografi dan sebagainya.
Dari
perubahan tersebut tentunya akan berdampak pada beberapa perubahan dalam
organisasi tersebut, seperti perubahan sifat organisasi. Untuk menangani
masalah tersebut, haruslah organisasi tersebut menetapkan suatu tindakan atau
kebijakan dan penyesuaian diri agar sifat organisasi yang sebelumnya tidak
lenyap dan terganti.
Saat terjadi
perubahan struktur organisasi, haruslah tetap berpegang teguh kepada prinsip
bahwa struktur organisasi telah disusun dan di tetapkan dengan tujuan
memberikan suatu gambaran tentang berbagai hal dalam organisasi tersebut.
Dalam melakukan perubahan dalam suatu organisasi umumnya tidak berjalan dengan begitu lancar karna terdapat beberapa hambatan dalam proses perubahan tersebut. Hambatan tersebut umumnya terjadi dari luar atau dari faktor ekstenal.
Dalam melakukan perubahan dalam suatu organisasi umumnya tidak berjalan dengan begitu lancar karna terdapat beberapa hambatan dalam proses perubahan tersebut. Hambatan tersebut umumnya terjadi dari luar atau dari faktor ekstenal.
7. Proses Perubahan
Organisasi
mengalami perubahan karena organisasi selalu menghadapi berbagai macam tuntutan
kebutuhan. Tuntutan itu timbul sebagai akibat pengaruh lingkungan (eksternal
dan internal) organisasi yang selalu berubah.
Untuk menghadapi faktor penyebab perubahan tersebut, organisasi harus dapat menyesuaikan diri dengan pengadakan berbagai perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan itu tentunya ke arah pengembangan organisasi yang lebih baik.
Untuk menghadapi faktor penyebab perubahan tersebut, organisasi harus dapat menyesuaikan diri dengan pengadakan berbagai perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan itu tentunya ke arah pengembangan organisasi yang lebih baik.
Tujuan
perubahan organisasi adalah meningkatkan efisiensi dan produktivitas,
meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghadapi berbagai faktor yang
menyebabkan perubahan organisasi sehingga organisasi mampu bertahan dan
berkembang, mengadakan penyesuaian-penyesuaian seperlunya sehubungan dengan
perubahan-perubahan tersebut, untuk mengendalikan, khususnya dalam
mengendalikan suasana kerja, sehingga anggota organisasi tidak terpengaruhi
atas perubahan-perubahan yang sedang berlangsung dan meningkatkan peran
organisasi dalam menghadapi perubahan-perubahan yang sedang tejadi atau
berlangsung.
Berbicara mengenai perubahan yang direncanakan dalam organisasi berarti menyangkut pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi berhubungan dengan suatu strategi, sistem, proses-proses guna menimbulkan perubahan organisasi sesuai dengan rencana, sebagai suatu alat guna menghadapi situasi-situasi yang berubah yang dihadapi oleh organisasi modern dan yang berupaya untuk menyesuaikan diri (mengadaptasi) dengan lingkungan mereka. Teknik-teknik dalam melakukan pengembangan organisasi meliputi latihan labolatorium, latihan manager, grid, feedback survei, pembentukan tim, konsultasi proses, pengembangan karir, desain pekerjaan, manajeman ketegangan dan lain-lain.
Melakukan perubahan ke arah pengembangan organisasi ini, tidak luput dari timbulnya berbagai problem-problem yang justru dapat membahayakan kelangsungan organisasi. Problem pengembangan juga merupakan salah satu problem pelik yang harus dipecahkan oleh para manajer, karena bukan saja organisasi-organisasi perlu dikembangkan, tetapi pula manusia di dalam organisasi tersebut perlu pula diikut sertakan dalam pengembangan organisasi, dalam rangka usaha menghadapi pihak saingan dan tuntutan lingkungan. Salah satu masalah penting yang dapat terjadi dalam perubahan dan pengembangan organisasi adalah konflik. Problem konflik itu tidak dapat dihindari dalam organisasi, dengan kata lain konflik pasti terjadi dalam organisasi karena konflik bersifat alamiah.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak negative, menunjukan isyarat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam organisasi atau menunjukan kegagalan manajer mengelola organisasi. Namun sesuai dengan adanya perkembangan ilmu perilaku, pandangan-pandangan itu mulai bergeser. Ternyata ada konflik-konflik tertentu dalam organisasi yang jika dikelola dengan baik, dapat membawa perubahan dan pengembangan bagi organisasi dan organisasi tanpa konflik juga akan menghambat perubahan kearah pengembangan organisasi. Yang menjadi pertanyaan kita ialah konflik yang bagaiamana yang dapat membawa perubahan dalam organisasi? bagaimana pengelolaan konflik sehingga dapat mencapai perubahan ke arah pengembangan organisasi.
Mengapa Ada Perkembangan Organisasi
Pertumbuhkembangan IPTEK , sosial, ekonomi, dan lingkungan menimbulkan permasalan yang harus dihadapi organisasi menjadi semakin luas dan kompleks. Permasalahn tersebut terus berkembang sesuai percepatan perubahan yang terjadi.
Berbicara mengenai perubahan yang direncanakan dalam organisasi berarti menyangkut pengembangan organisasi. Pengembangan organisasi berhubungan dengan suatu strategi, sistem, proses-proses guna menimbulkan perubahan organisasi sesuai dengan rencana, sebagai suatu alat guna menghadapi situasi-situasi yang berubah yang dihadapi oleh organisasi modern dan yang berupaya untuk menyesuaikan diri (mengadaptasi) dengan lingkungan mereka. Teknik-teknik dalam melakukan pengembangan organisasi meliputi latihan labolatorium, latihan manager, grid, feedback survei, pembentukan tim, konsultasi proses, pengembangan karir, desain pekerjaan, manajeman ketegangan dan lain-lain.
Melakukan perubahan ke arah pengembangan organisasi ini, tidak luput dari timbulnya berbagai problem-problem yang justru dapat membahayakan kelangsungan organisasi. Problem pengembangan juga merupakan salah satu problem pelik yang harus dipecahkan oleh para manajer, karena bukan saja organisasi-organisasi perlu dikembangkan, tetapi pula manusia di dalam organisasi tersebut perlu pula diikut sertakan dalam pengembangan organisasi, dalam rangka usaha menghadapi pihak saingan dan tuntutan lingkungan. Salah satu masalah penting yang dapat terjadi dalam perubahan dan pengembangan organisasi adalah konflik. Problem konflik itu tidak dapat dihindari dalam organisasi, dengan kata lain konflik pasti terjadi dalam organisasi karena konflik bersifat alamiah.
Pada umumnya orang beranggapan bahwa konflik itu selalu menimbulkan dampak negative, menunjukan isyarat bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam organisasi atau menunjukan kegagalan manajer mengelola organisasi. Namun sesuai dengan adanya perkembangan ilmu perilaku, pandangan-pandangan itu mulai bergeser. Ternyata ada konflik-konflik tertentu dalam organisasi yang jika dikelola dengan baik, dapat membawa perubahan dan pengembangan bagi organisasi dan organisasi tanpa konflik juga akan menghambat perubahan kearah pengembangan organisasi. Yang menjadi pertanyaan kita ialah konflik yang bagaiamana yang dapat membawa perubahan dalam organisasi? bagaimana pengelolaan konflik sehingga dapat mencapai perubahan ke arah pengembangan organisasi.
Mengapa Ada Perkembangan Organisasi
Pertumbuhkembangan IPTEK , sosial, ekonomi, dan lingkungan menimbulkan permasalan yang harus dihadapi organisasi menjadi semakin luas dan kompleks. Permasalahn tersebut terus berkembang sesuai percepatan perubahan yang terjadi.
Situasi yang
terjadi menjadikan pembelajaran bahwa permasalahan tidak tumbuh secara linier,
dimana banyak seklai hal-hal yang tidak pernah diduga sebelumnya. Dengan
demikian organisasi dituntut untuk terus menerus mempersiapkan dirinya
mengantisipasi dan menyesuaikan diri dengan perubahan. Pengalaman yang dialami
berbagai organisasi di Negara maju menunjukkan bahwa hanya organisasi yang
secara konsisten terus meningkatkan dirinya melalui pengembangan organisasi
yang dapat bertahan.
Dalam
kenyataannya organisasi seringkali terjadi keadaan yang tidak mengalami
pertumbuhan yang disebabkan keengganan manusia untuk mengikuti perubahan,
dimana perubahan dianggap bisa menyebabkan dis equilibrium (hilangnya
keseimbangan moral). Hal ini mengakibatkan penyakit masyarakat atau tindakan
yang tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam organisasi sehingga perlu
dilakukan pengembangan organisasi untuk melakukan evaluasi, adaptasi,
kaderisasi dan inovasi.
Pengembangan
organisasi merupakan proses terencana untuk mengembangkan kemampuan organisasi
dalam kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berubah, sehingga dapat
mencapai kinerja yang optimal yang dilaksanakan oleh seluruh anggota
organisasi. Pengembangan Organisasi merupakan program yang berusaha
meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan mengintegrasikan keinginan individu
akan pertumbuhan dan perkembangan dengan tujuan keorganisasian.
PERKEMBANGAN BARU TENTANG ORGANISASI
Arti Perkembangan OrganisasiPengertian Perkembangan Organisasi. Ada beberapa pengertian tentang Perkembangan Organisasi, diantaranya :
PERKEMBANGAN BARU TENTANG ORGANISASI
Arti Perkembangan OrganisasiPengertian Perkembangan Organisasi. Ada beberapa pengertian tentang Perkembangan Organisasi, diantaranya :
Strategi
untuk merubah nilai-nilai daripada manusia dan juga struktur organisasi
sehingga organisasi itu dapat beradaptasi dengan dengan lingkungannya.
Suatu
penyempurnaan yang terencana dalam fungsi menyeluruh (nilai dan struktur) suatu
organisasi.
PO merupakan
suatu proses yang meliputi serangkaian perencanaan perubahan yang sistematis
yang dilakukan secara terus-menerus oleh suatu organisasi.
PO merupakan
suatu pendekatan situasional atau kontingensi untuk meningkatkan efektifitas
organisasi
PO lebih
menekankan pada system sebagai sasaran perubahan.
PO meliputi
perubahan yang sengaja direncanakan
Dari
beberapa pengertian diatas,dapat kita simpulkan bahwa Pengembangan Organisasi
merupakan program yang berusaha meningkatkan efektivitas keorganisasian dengan
mengintegrasikan keinginan bersama akan pertumbuhan dan perkembangan dengan
tujuan keorganisasian. Pengembangan organisasi (PO) sebagai suatu disiplin
perubahan perencanaan yang menekankan pada penerapan ilmu pengetahuan dan
praktek keperilakuan untuk membantu organisasi-organisasi mencapai efektivitas
yang lebih besar. Para manajer dan staf ahli harus bekerja dengan dan melalui
orang-orang untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dan PO dapat membantu mereka
membentuk hubungan yang efektif di antara mereka.
Di dalam menghadapi
akselerasi perubahan yang semakin cepat, PO diperlukan untuk bisa mengatasi
konsekuensi-konsekuensi dari perubahan tersebut.
Pengembangan organisasi mengukur prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan kesehatan :
Pengembangan organisasi mengukur prestasi suatu organisasi dari segi efisiensi, efektifitas dan kesehatan :
1.
Efisien
dapat diukur dengan perbandingan antara masukan dan keluaran, yang mengacu pada
konsep Minimaks (Masukan minimum dan keluaran maksimum).
2.
Efektifitas
adalah suatu tingkat prestasi organisasi dalam mencapai tujuannya artinya
kesejahteraan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai
3.
Kesehatan organisasi adalah suatu fungsi dari
sifat dan mutu hubungan antara para individu dan organisasi yaitu hubungan yang
dinamis dan adaptabilitas
Ciri
Pengembangan Organisasi
Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
Pengembangan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Merupakan strategi terencana dalam mewujudkan
perubahan organisasional, yang memiliki sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang
tepat tentang permasalahan yang dihadapi oleh organisasi.
2.
Merupakan
kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan
terjadi.
3.
Menekankan
cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi
dan semua satuan kerja dalam organisasi.
4.
Mengandung
nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5.
Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian integral
di suasana yang utuh.
6.
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila selama
ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka
perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning
organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai : organisasi yang
secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan
lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan
memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu
berubah.
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon – alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon – alat) adalah suatu kelompok orang dalam suatu wadah unt tujuan bersama. Dalam ilmu-ilmu sosial, organisasi dipelajari oleh periset dari berbagai bidang ilmu, terutama sosiologi, ekonomi, ilmu politik, psikologi, dan manajemen. Kajian mengenai organisasi sering disebut studi organisasi (organizational studies), perilaku organisasi (organizational behaviour), atau analisa organisasi (organization analysis).
Definisi
·
Terdapat
beberapa teori dan perspektif mengenai organisasi, ada yang cocok sama satu
sama lain, dan ada pula yang berbeda. Organisasi pada dasarnya digunakan
sebagai tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara
rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam
memanfaatkan sumber daya (uang, material, mesin, metode, lingkungan),
sarana-parasarana, data, dan lain sebagainya yang digunakan secara efisien dan
efektif untuk mencapai tujuan organisasi.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
Menurut para ahli terdapat beberapa pengertian organisasi sebagai berikut.
·
Stoner
mengatakan bahwa organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui
mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama
·
James D.
Mooney mengemukakan bahwa organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia
untuk mencapai tujuan bersama.
·
Chester I.
Bernard berpendapat bahwa organisasi adalah merupakan suatu sistem aktivitas
kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
·
Stephen P.
Robbins menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan
secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang
bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama
atau sekelompok tujuan.
Sebuah
organisasi dapat terbentuk karena dipengaruhi oleh beberapa aspek seperti
penyatuan visi dan misi serta tujuan yang sama dengan perwujudan eksistensi
sekelompok orang tersebut terhadap masyarakat.Karena sebuah organisasi yang
baik adalah organisasi yang dapat diakui keberadaannya oleh masyarakat yang ada
disekitarnya, keberadaan ini tentunya berupa suatu kontribusi yang diberikan
sebuah organisasi tersebut.[rujukan?] Kontribusi-kontribusi tersebut bisa
berupa pengambilan sumber daya manusia dalam negeri sebagai anggota-anggotanya,
sehingga angka pengangguran yang meningkat tiap tahunnya dapat ditekan
seminimal mungkin.Orang-orang yang ada di dalam suatu organisasi mempunyai
suatu keterkaitan yang terus menerus.
Rasa
keterkaitan ini, bukan berarti keanggotaan seumur hidup.Akan tetapi sebaliknya,
organisasi menghadapi perubahan yang konstan di dalam keanggotaan mereka,
meskipun pada saat mereka menjadi anggota, orang-orang dalam organisasi
berpartisipasi secara relatif teratur
8. Ciri-ciri pengembangan
Organisasi
Suatu
strategi pendidikan yang kompleks yang dimaksudkan untuk mengubah keyakinan,
sikap, nilai, dan struktur organisasi sehingga mereka dapat lebih beradaptasi
dengan teknologi baru, pemasaran dan tantangan, dan tingkat yang memusingkan
perubahan itu sendiri. Maka Pengembangan organisasi yang efektif memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Merupakan
strategi terencana dalam mewujudkan perubahan organisasional, yang memiliki
sasaran jelas berdasarkan diagnosa yang tepat tentang permasalahan yang
dihadapi oleh organisasi.
2.
Merupakan
kolaborasi antara berbagai pihak yang akan terkena dampak perubahan yang akan
terjadi.
3.
Menekankan
cara-cara baru yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja seluruh organisasi
dan semua satuan kerja dalam organisasi.
4.
Mengandung
nilai humanistik dimana pengembangan potensi manusia menjadi bagian terpenting.
5.
Menggunakan
pendekatan komitmen sehingga selalu memperhitungkan pentingnya interaksi,
interaksi dan interdependensi antara berbagai satuan kerja sebagai bagian
integral di suasana yang utuh.
6.
Menggunakan
pendekatan ilmiah dalam upaya meningkatkan efektivitas organisasi.
Bila selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai : organisasi yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.
Bila selama ini kita hanya mengenal pembelajaran pada tingkat individu dan kelompok, maka perkembangan manajemen telah mengenal pembelajaran organisasi (learning organization), yang secara sederhana dapat diartikan sebagai : organisasi yang secara terus menerus melakukan perubahan diri agar dapat mengelola pengetahuan lebih baik lagi, memanfaatkan tekhnologi, memberdayakan sumber daya, dan memperluas area belajarnya agar mampu bertahan di lingkungan yang selalu berubah.
9. Metode pengembangan organisasi
Metode
Pengembangan Perilaku :
1.
Jaringan Manajerial
(Managerial Grid)
Jaringan
manajerial atau kisi manajerial (managerial grid), disebut juga latiahan
jaringan (grid training), adalah suatu metode pengembangan organisasi yang di
dasarkan jaringan manajerial. Teori ini di pelopori oleh Robert Blake dan Jane
Mouton. Dalam metode ini dikenal dua dimensi dua prilaku pimpinan, yaitu
prilaku pimpinan yang memusatkan perhatian pada produksi, dan prilaku pimpinan
yang memusatkan prilakunya pada orang. Dari segi intensitasnya, seorang
pimpinan mungkin dapat menerapkan sekaligus dua prilaku tersebut dalam
intensitas yang sama atau berbeda.
Kelima gaya
kepemimpinan itu dapat di jelaskan dengan mempergunaka gambar jaringan
menajerial di bawah ini. Terdapat lima gaya kepemimpinan dalam manajerial grid,
adalah sebagai berikut:
1.
menunjukan
prilaku pimpinan dengan perhatian yang rendah baik tehadap
produksi maupun terhadap orang. Pada Grid ini pimpinan hanya bertindak sebagai
perantara, menyalurkan informasi dari atas kepada bawahan.
2.
menunjukan
prilaku pimpinan dengan perhatian yang tinggi terhadap produksi dan rendah
terhadap orang. Pimpinan hanya mementingkan tingkat produksi dan kurang
memperhatiakan orang-orang yang membantunya. Pada Grid ini pimpinan bersifat
Otoriter.
3.
menujukan
prilaku pimpinan yang rendah perhatianya terhadap hasil produksi , namu tinggi
terhadap orang-orang yang berkerja. Pada Grid ini pimpinan menciptakan tempat
kerja yang penuh persahabatan.
4.
menunjukan
adanya prilaku pimpinan dengan perhatian tinggi terhadam orang dan pada hasil
produksi. Inilah gaya kepemimpinan yang paling efektif.
5.
menujukan
adanya prilaku pimpinan dengan perhatian yang medium baik terhada orang maupun
produksi. Dalam hasil produksi pimpinan tidak mau membua target yang mungkin
sulit di capai.
2.
Latihan Kepekaan
Latihan kepekaan (sensitifity training) merupakan latihan dengan
kelompok. Oleh karena itu metode ini di namakan pula metode T-groupe (T=
Training). Dalam metode ini yang di maksud dengan kepekaan adalah kepekaan
terhadap diri sendiri dan terhadap hubungan diri sendiri dengan orang lain.
Metode ini berlandaskan pada anggapan bahwa kesulitan untuk berprestasi di
sebabkan oleh adanya persoalan emosional dari kelompok orang-orang yang harus
mencapai tujuan. Metode ini beranggapan bahwa apabila persoalan emosional itu
dapat di atas maka dengan sendirinya kesulitan untuk beradaptasi dapat di
hilangkan.
Oleh karena
itu tujuan dari pada latiahan kepekaan adalah mempertajam daya peka,
perasaan(emosi), dan kecepatan reaksi dalam menghadapi beberapa persoalan.
Dalam latihan ini anggota kelompok di beri movasiuntuk belajar mengenai diri
sendiri dalam menghadapi orang lain, kebutuhan dan sikap mereka sendiri. Sikap
ini dapat terungkap melalui dua jalur, yaitu melalui mereka sendiri terhadap
orang lain, dan melalui prilaku orang lain terhadap diri mereka sendiri.
3. Pembentukan Tim
Pembentukan Tim (Team Feedback) adalah suatu metode yang berusaha
mengumpulkan data-data dari para anggota organisasi. Data itu meliputi
data-data yang berhubungan dengan tingkah laku,sikap,serta berbagai perasaan
lain yang ada pada diri setiap anggota organisasi. Data-data yang telah
dikumpulkan kemudian di susun dan di kembangan kepada para anggota organisasi
yang telah di survai untuk didiskusikan. Dari hasil diskusi akan di perpleh
umpan balik(feedback) dari para anggota organisasi yang telah di survey, apakah
perlu di adakan perubahan atau tidak.
4.
Umpan Balik Survei
Metode Pengembangan Ketrampilan dan Sikap :
1.
On The Job Training
Latihan
ditempat kerja (on the job training ) ialah latian kerja ditempat kerja yang
sebenarnya. Latian ini melatih anggota organisasi untuk menjalankan pekerjaan –
pekerjaan dengan lebih efisien. Didalam latian ini instruksi- instruksi
diberikan langsung kepada anggota organisasi ditempat kerjannya, baik yang
bersifat kerja sama maupun yang bersifat perseorangan. Dengan latian ini
diharapkan para anggota organisasi lebih mampu menjalankan dan lebih menguasai
pekerjaannya.
Ada beberapa
keuntungan yang diperoleh dalam latihan ditempat kerja ini, antara lain :
1.
Sangat
ekonomis Karen para peserta tetap produktif selama mereka mengikuti dan
manjalankan latiahan .
2.
Presentasi
anggota organisasi tidak akan berkurang atau hilang. Hal ini sangat berbeda
apabila dibanding dengan latihan yang diadakan diluar tempat kerja.
Latihan yang diluar tempat kerja kan melibatkan sebagian presentasi hilang
apabila peserta latian kembali ke tempat kerjanya masing-masing
2.
Job Instruction
Training
Adalah
dengan memberikan petunjuk-petunjuk pekerjaan secara langsung pada pekerjaan
dan terutama digunakan untuk melatih para karyawan tentang cara-cara pelaksanaan
pekerjaan sekarang. Pada metode ini didaftarkan semua langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam pekerjaan sesuai dengan urutannya.
3.
Of The Job Training
Metode off
the job adalah pelatihan yang menggunakan situasi di luar pekerjaan.
Dipergunakan apabila banyak pekerja yang harus dilatih dengan cepat seperti
halnya dalam penguasaan pekerjaan, di samping itu juga apabila pelatihan dalam
pekerjaan tidak dapat dlakukan karena sangat mahal.
a.
Lecture
Merupakan metode pelatihan dengan memberikan kuliah atau ceramah dalam rangka penyampaian informasi-informasi yang dibutuhkan petatar Metode ini mengeluarkan biaya yang tidak tinggi, namun kelemahannya adalah peserta kurang partisipasi dan kurang respon.
Merupakan metode pelatihan dengan memberikan kuliah atau ceramah dalam rangka penyampaian informasi-informasi yang dibutuhkan petatar Metode ini mengeluarkan biaya yang tidak tinggi, namun kelemahannya adalah peserta kurang partisipasi dan kurang respon.
b.
Video
Presentation
Adalah prestasi yang dilakukan melalui media televisi, film, slides dan sejenisnya serupa dengan bentuk lecture.
Adalah prestasi yang dilakukan melalui media televisi, film, slides dan sejenisnya serupa dengan bentuk lecture.
c.
Role Playing
Merupakan suatu permainan peran yang dilakukan oleh peserta untuk memainkan berbagai peran orang tertentu dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya. Teknik ini dapat mengubah sikap peserta, seperti misalnya: menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual dan juga dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
Merupakan suatu permainan peran yang dilakukan oleh peserta untuk memainkan berbagai peran orang tertentu dan diminta untuk menanggapi para peserta lain yang berbeda perannya. Teknik ini dapat mengubah sikap peserta, seperti misalnya: menjadi lebih toleransi terhadap perbedaan individual dan juga dapat mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi.
d.
Case Study
Merupakan metode pelatihan dimana para peserta pelatihan dihadapakan pada bberapa kasus tertulis dan diharuskan memecahkan masalah-masalah tersebut.
Merupakan metode pelatihan dimana para peserta pelatihan dihadapakan pada bberapa kasus tertulis dan diharuskan memecahkan masalah-masalah tersebut.
e.
Simulation
Simulasi merupakan suatu situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya, tetapi hanya merupakan tiruan saja dan para pelatihan harus memberikan respon seperti dalam kejadian yang sebenarnya. Jadi simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
Simulasi merupakan suatu situasi atau kejadian yang ditampilkan semirip mungkin dengan situasi yang sebenarnya, tetapi hanya merupakan tiruan saja dan para pelatihan harus memberikan respon seperti dalam kejadian yang sebenarnya. Jadi simulasi merupakan suatu teknik untuk mencontoh semirip mungkin terhadap konsep sebenarnya dari pekerjaan yang akan dijumpai.
f.
Self Study
Merupakan teknik yang menggunakan modul-modul tertulis dan kaset-kaset atau video tape rekaman dan para peserta hanya mempelajarinya sendiri. Teknik ini tepat digunakan apabila jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dalam jumlah yang besar, pada karyawan tersebar di berbagai lokasi yang berbeda-beda dan sulit mengumpulkan para karyawan sekaligus untuk bersama-sama mengikuti program pelatihan tertentu.
Merupakan teknik yang menggunakan modul-modul tertulis dan kaset-kaset atau video tape rekaman dan para peserta hanya mempelajarinya sendiri. Teknik ini tepat digunakan apabila jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan dalam jumlah yang besar, pada karyawan tersebar di berbagai lokasi yang berbeda-beda dan sulit mengumpulkan para karyawan sekaligus untuk bersama-sama mengikuti program pelatihan tertentu.
g.
Programmed
Learning
Dalam metode ini, diberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan dan para peserta pelatihan harus memberikan jawaban yang benar. Metode ini dapat juga melalui komputer yang sudah mempunyai program tersendiri agar para peserta dapat mempelajari dan memperinci selangkah demi selangkah dengan umpan balik langsung pada penyelesaian- setiap langkah. Masing-masing peserta pelatihan dapat menetapkan kecepatan belajarnya
Dalam metode ini, diberikan beberapa pertanyaan-pertanyaan dan para peserta pelatihan harus memberikan jawaban yang benar. Metode ini dapat juga melalui komputer yang sudah mempunyai program tersendiri agar para peserta dapat mempelajari dan memperinci selangkah demi selangkah dengan umpan balik langsung pada penyelesaian- setiap langkah. Masing-masing peserta pelatihan dapat menetapkan kecepatan belajarnya
h.
Laboratory
Training
Teknik ini adalah merupakan suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi. Latihan ini bersifat sensivitas, dimana peserta menjadi lebih sensitif terhadap perasaan orang lain dan lingkungan. Laboratory Training ini berguna untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan datang.
Teknik ini adalah merupakan suatu bentuk latihan kelompok yang terutama digunakan untuk mengembangkan ketrampilan-ketrampilan antar pribadi. Latihan ini bersifat sensivitas, dimana peserta menjadi lebih sensitif terhadap perasaan orang lain dan lingkungan. Laboratory Training ini berguna untuk mengembangkan berbagai perilaku bagi tanggung jawab pekerjaan di waktu yang akan datang.
4. Vestibule Training
Merupakan pelatihan yang dilakukan dalam suatu ruangan khusus yang
terpisah dari tempat kerja biasa dan disediakan jenis pelaralatan yang sama
seprti yang akan digunakan pada pekerjaan sebenarnya. Latihan ini berguna
sebagai pendahuluan dari latihan kerja.
10. Pengertian Kepemimpinan
Menurut Tead; Terry; Hoyt (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni
mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan
orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang
diinginkan kelompok.
Menurut Young (dalam Kartono, 2003) Pengertian Kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang
didasari atas kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain
untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan
memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.
Menurut Moejiono (2002) memandang bahwa leadership tersebut sebenarnya sebagai akibat pengaruh satu
arah, karena pemimpin mungkin
memiliki kualitas-kualitas tertentu yang membedakan dirinya dengan pengikutnya.
Para ahli teori sukarela (compliance induction theorist) cenderung memandangleadership sebagai pemaksaan atau pendesakan pengaruh secara
tidak langsung dan sebagai sarana untuk membentuk kelompok sesuai dengan
keinginan pemimpin (Moejiono, 2002).
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan
bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
11. Tipe-tipe Kepemimpinan
Tipe- Tipe
Kepemimpinan
Ada enam
tipe kepemimpinan yang diakui keberadaannya secara luas.
1.
Tipe
pemimpin Otokratis
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
Yaitu seorang pemimpin yang otokratis adalah seorang pemimpin yang:
·
Menganggap
organisasi sebagai milik pribadi
·
Mengidentikan tujuan pribadi dengan tujuan
organisasi
·
Menganggap
bawahan sebagai alat semata- mata
·
Tidak mau
menerima kritik, saran, dan pendapat
·
Terlalu
bergantung kepada kekuasaan formalnya
·
Dalam
tindakan penggerakannya sering mempergunakan pendekatan yang mengandung unsur
paksaan dan punitif (bersifat menghukum)
2.
Tipe
Militeristis
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
Yaitu seorang pemimpin yang bertipe militeristis adalah seorang pemimpin yang memiliki sifat- sifat:
• Sering mempergunakan sistem perintah dalam menggerakkan bawahannya
• Senang bergantung pada pangkat dan jabatan dalam menggerakkan bawahannya
• Senang kepada formalitas yang berlebih- lebihan
• Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
• Sukar menerima kritikkan dari bawahan
• Menggemari upacara- upacara untuk berbagai acara dan keadaan
3.
Tipe
Paternalistis
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
Yaitu seorang pemimpin yang:
• Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
• Bersikap terlalu melindungi
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil keputusan dan inisiatif
• Jarang memberikan kesempatan kepada bawahannya untuk mengembangkan daya kreasi dan fantasinya.
• Sering bersikap maha tahu
4.
Tipe
Kharismatis
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
Hingga kini para pakar belum berhasil menemukan sebab- sebab mengapa seorang pemimpin memiliki kharisma, yang diketahui adalah bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya tarik yang amat besar dan karenanya pada umumnya mempunyai pengikut yang jumlahnya sangat besar. Karena kurangnya pengetahuan tentang sebab musabab seorang menjadi pemimpin yang kharismatis, maka sering dikatakan bahwa pemimpin yang demikian diberkahi dengan kekuatan gaib (supernatural powers).
5.
Tipe Laissez Faire
Yaitu seorang yang bersifat:
Yaitu seorang yang bersifat:
·
Dalam
memimpin organisasi biasanya mempunyai sikap yang permisif, dalam arti bahwa
para anggota organisasi boleh saja bertindak sesuai dengan keyakinan dan hati
nurani, asal kepentingan bersama tetap terjaga dan tujuan organisai tetap
tercapai.
·
Organisasi
akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri
dari orang- orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran yang dicapai, dan tugas yang harus dilaksanakan oleh
masing- masing anggota.
·
Seorang
pemimpin yang tidak terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan
organisasional.
·
Seorang
pemimpin yang memiliki peranan pasif dan membiarkan organisasi berjalan dengan
sendirinya
6.
Tipe Demokratis
Yaitu tipe yang bersifat:
Yaitu tipe yang bersifat:
·
Dalam proses
penggerakkan bawahan selalu bertitik tolak dari pendapat bahwa manusia adalah
makhluk termulia di dunia
·
Selalu
berusaha mensinkronisasikan kepentingan dan tujuan organisasi dengan kepentingan
dan tujuan pribadi dari para bawahannya
·
Senang menerima saran, pendapat bahkan kritik
dari bawahannya
·
Selalu
berusaha untuk menjadikan bawahannya lebih sukses dari padanya.
·
Selalu
berusaha mengutamakan kerjasama dan kerja tim dalam usaha mencapai tujuan
·
Berusaha
mengembangkan kapasitas diri pribadinya sebagai pemimpin
·
Para
bawahannya dilibatkan secara aktif dalam menentukan nasib sendiri melalui peran
sertanya dalam proses pengambilan keputusan.
12. Teori-teori kepemimpinan
Sesuai dengan beragamnya definisi mengenai kepemimpinan,
teori-teori kepemimpinan pun ada beberapa macam. Teori kepemimpinan secara umum
dapat digolongkan ke dalam empat kategori besar, yaitu menggunakan pendekatan
(1) Pengaruh kekuasaan, (2) Bakat, (3) Prilaku, dan (4) Situasi. Tapi ini baru
sebagian teori, yaitu dari pandangan masyarakat barat, belum dari masyakat
timur. Tapi tidak ada salahnya Kita akan coba ulas satu demi satu.
1.
Teori dengan
Pengaruh Kepemimpinan
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi. Dengan perkataan lai, orang atauorang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu (1) kedudukan, (2) kepribadian, dan (3) politik.
Teori yang dikemukakan oleh French dan Raven (1959) ini menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam satu kelompok atau organisasi. Dengan perkataan lai, orang atauorang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu. Adapun sumber kekuasaan itu sendiri ada tiga macam, yaitu (1) kedudukan, (2) kepribadian, dan (3) politik.
·
Kekuasaan
yang bersumber pada kedudukan
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis;
Kekuasaan yang bersumber pada kedudukan terbagi lagi ke dalam beberapa jenis;
a.
Kekuasaan
Formal atau legal (French & Raven, 1959)
termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
termasuk dalam jenis ini adalah komandan tentara, kepala dinas, presiden atau perdana mentri dan sebagainya yang mendapat kekuasaan karena ditunjuk dan/atau diperkuat dengan peraturan atau perundangan yang resmi.
b.
Kendali atas
Sumber dan Ganjaran (French & raven, 1959)
Majikan yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada bawahannya, dan sebagainya, memimpin berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
Majikan yang menggaji karyawan, majikan yang mengupah buruh, kepala suku atau kepala kantor yang dapat member ganjaran kepada bawahannya, dan sebagainya, memimpin berdasarkan sumber kekuasaan seperti ini.
c.
Kendali atas Hukum (French & Raven, 1959)
ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa juga kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman yang memungut pajak kepada pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman karena takut akan mendapat perlakuan kasar.
ganjaran biasanya terkait dengan hukuman sehingga kendali atas ganjaran biasa juga kendali atas hukuman. Walaupun demikian, ada kepemimpinan yang yang sumbernya hanya kendali atas hukuman saja, ini merupakan kepemimpinan yang didasarkan pada rasa takut. Contoh para preman yang memungut pajak kepada pedagang, pedagang akan tunduk kepada preman karena takut akan mendapat perlakuan kasar.
d.
Kendali atas
Informasi (French & Raven, 1959)
informasi adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa pun yang menguasai informasi dapat menjadipemimpin. Misal adalah orang yang paling tahu arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan rombingan.
informasi adalah ganjaran positif bagi orang yang memerlukannya, sehingga siapa pun yang menguasai informasi dapat menjadipemimpin. Misal adalah orang yang paling tahu arah jalan maka otomatis dia akan menjadi pimpinan rombingan.
e.
Kendali
Ekologi (lingkungan)
sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi (situational sengineering). Contoh adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975). Seorang atasan, manager, atau kepala bagian personality mempunyai kekuasaan atas bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
sumber kekuasaan ini dinamakan juga perekayasa situasi (situational sengineering). Contoh adalah kendali atas penempatan jabatan (Oldham, 1975). Seorang atasan, manager, atau kepala bagian personality mempunyai kekuasaan atas bawahannya, karena ia boleh menentukan posisi anggotanya.
·
Kekuasaan
yang Bersumber pada Kepribadian
Berbeda dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
Berbeda dari kepemimpinan kekuasaan, kekuasaan yang bersumber pada kepribadian berawal dari sifat-sifat pribadi, yaitu sebagai berikut;
a.
Keahlian
atau Ketrampilan (French & Raven, 1959)
Dalam agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih membaca ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang yang paling ahli dalam mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
Dalam agama Islam, orang yang menjadi imam adalah orang yang paling fasih membaca ayat Al-Qur’an. Demikian pula dalam pesawat atau kapal, orang yang paling ahli dalam mengemudilah yang akan menjadi pemimpin.
b.
Persahabatan
atau Kesetiaan (French & Raven, 1959)
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin
Sifat dapat bergaul, setia kawan atau setia kepada kelompok dapat merupakan sumber kekuasaan, sehingga seseorang dianggap sebagai pemimpin
c.
Karisma (House, 1977)
Ciri kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai hal ini dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
Ciri kepribadian yang menyebabkan timulnya kewibawaan pribadi dari pemimpin juga merupakan salah satu sumber kekuasaan dalam proses kepemimpinan. Mengenai hal ini dibicarakan tersendiri dalam teori bakat.
·
Kekuasaan
yang Bersumber pada Politik
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer, 1981)
Kekuasaan yang bersumber pada politik terdiri atas beberapa jenis (Pfeffer, 1981)
a.
Kendali atas
Proses Pembuatan Keputusan (Pfeffer & Salanick, 1974)
dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak. Dan sebagainya.
dalam organisasi, ketua menetukan apakah suatu keputusan akan dibuat dan dilaksanakan atau tidak. Dan sebagainya.
b.
Koalisi
(Stevenson, Perace & Porter, 1985)
kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
kepemimpinan atas dasar sumber kekuasaan politik ditentukan juga atas hak atau kewenangan untuk membuat kerja sama denga kelompok lain.
c.
Partisipasi
(Pfeffer, 1981)
pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
pemimpin mengatur partisipasi anggotanya, siapa yang boleh berpartisipasi, dalam bentuk apa tiap anggota berpartisipasi, dan sebagainya.
d.
Institusionalisasi
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau perusahaan baru. Dan sebagainya.
Pemimpin agama menikahkan pasangan suami istri, menentukan terbentuknya keluarga baru. Notaris atau hakim menetukan berdirinya suatu yayasan atau perusahaan baru. Dan sebagainya.
2.
Teori Bakat
Teori bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik atau teori transformasi. Inti dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi karena sifat-sifat atau bakat yang khas yang terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam prilaku kepemimpinan. Sifat atau bakat itu dinamakan karisma atau wibawa. Sebagai contoh adalah Bung Karno, Adolf Hitler, Fidel Castro, Mahatma Gandhi, Ibu Theresa dan Martin Luther King. Tokoh-tokoh ini memiliki sifat yang tidak dimiliki pemimpin-pemimpin lain.
Teori bakat dinamakan juga teori sifat (trait), teori karismatik atau teori transformasi. Inti dari teori ini adalah bahwa kepemimpinan terjadi karena sifat-sifat atau bakat yang khas yang terdapat dalam diri pemimpin yang dapat diwujudkan dalam prilaku kepemimpinan. Sifat atau bakat itu dinamakan karisma atau wibawa. Sebagai contoh adalah Bung Karno, Adolf Hitler, Fidel Castro, Mahatma Gandhi, Ibu Theresa dan Martin Luther King. Tokoh-tokoh ini memiliki sifat yang tidak dimiliki pemimpin-pemimpin lain.
Di pihak lain, pemimpin-pemimpin karismatik tidak dapat disamakan dengan tokoh-tokoh yang kewibawaan, kekuasaan atau kepemimpinannya bersumber atau ditopang oleh legenda-legenda, mitos, dan dongeng-dongeng. Misal keturunan raja, bangsawan, orang sakti, keturunan yang dianggap titisan dewa dan sebagainya.
Karisma yang ditunjang oleh oleh mitos dan legenda ini bukanlah dating dari bakat atau sifat pribadi yang bersangkutan, sehingga tidak dapat digolongkan dalam teori bakat yang sedang kita bicarakan ini.
1.
Teori bakat
menurut Hourse (1977) bahwa karisma yang berupa bakat atau sifat adalah hal
yang dapat dijelaskan secara objektif ilmiyah, sehingga dapat diteliti, diukur,
dan diuktikan keberadaanya.
2.
Teori bakat
menurut Baas (1985) ada factor-faktor tambahan lain yang menyebabkan lahirnya
kepemimpinan karismatik selain faktor bawaan sejak lahir yang dikemukakan oleh
Hourse, yaitu factor anteseden (hal yang mendahului terjadinya seorang
pemimpin), faktor atribusi (keyakinan sendiri) dan faktor konsekuensi dari
kepemimpinan.
3.
Teori bakat
menurut Conger dan Kanungo (1987) bahwa kepemimpinan karismatik terutama
bersifat atributif, yaitu karena adanya ciri-ciri tertentu dari pemimpin yang
dipersepsikan oleh para pengikut bersarkan pengamatan pengikut terhadap prilaku
pemimpin.
4.
Teori
Tranformasional menurut Robert (1984) bahwa pemimpin karismatik dapat juga
terjadi dalam kelompok-kelompok yang sangat terorganisasi. Berbeda dari
pendapat sebelumnya yang seakan-akan menyatakan bahwa kepemimpinan karismatik
tidak dapat berjan pada kelompok-kelompok yang sangat terorgaisasi.
Karisma: Negatif atau Positif?
Ykul (1989) mengemukakan bahwa sejarah telah mencatat pemimpin-pemimpin karismatik yang telah member dampak positif yang sangat luar biasa kepada kelompoknya, bahkan terhadap umat manusia secara keseluruhan, seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King. Di pihak lain sejarah juga mencatat pemimpin-pemimpin karismatik yang memberikan dampak negative dan kehancuran, seperti Adolf Hitler. Pertanyaan yang timbul adalah “Apakah pemimpin karismatik berdampak positif atau negatif bagi pengikutnya?”. Pertanyaan ini semakin perlu dijawab karena banyak pemimpin karismatik yang sulit digolongkan dalam salah satu jenis tersebut. Bahkan ada yang berpengaruh negatif di satu pihak namun positif di pihak yang lain.
Musser (1987) mengusukan kriteria yang berbeda antara pemimpin karismatik yang positif dan negatif. Ciri pemimpin karismatik yang negatif adalah yang lebih mementingkan tujuan dirinya sendiri daripada idiologi-idiologinya.
Ykul (1989) mengemukakan bahwa sejarah telah mencatat pemimpin-pemimpin karismatik yang telah member dampak positif yang sangat luar biasa kepada kelompoknya, bahkan terhadap umat manusia secara keseluruhan, seperti Mahatma Gandhi dan Martin Luther King. Di pihak lain sejarah juga mencatat pemimpin-pemimpin karismatik yang memberikan dampak negative dan kehancuran, seperti Adolf Hitler. Pertanyaan yang timbul adalah “Apakah pemimpin karismatik berdampak positif atau negatif bagi pengikutnya?”. Pertanyaan ini semakin perlu dijawab karena banyak pemimpin karismatik yang sulit digolongkan dalam salah satu jenis tersebut. Bahkan ada yang berpengaruh negatif di satu pihak namun positif di pihak yang lain.
Musser (1987) mengusukan kriteria yang berbeda antara pemimpin karismatik yang positif dan negatif. Ciri pemimpin karismatik yang negatif adalah yang lebih mementingkan tujuan dirinya sendiri daripada idiologi-idiologinya.
3.
Teori
Perilaku
Teori prilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalamkaitannya dengan struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori prilaku ini lebih sesuai untuk kepemimpinan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, karena peran pemimpin digariskan dengan jelas. Teori perilaku menurut beberapa ahli, antara lain;
Mintzberg (1973) mengemukakan sepuluh peran pemimpin (manager) sebagai berikut; Peran dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai pemimpin, penghubung dan panutan (figurehead). Peran yang berkaitan dengan pemrosesan informasi adalah sebagai pemantau, penyebaran informasi dan juru bicara. Peran yang berkaitan dengan pembuatan keputusan adalah sebagai wiraswasta, penyelesaian gangguan, pengalokasian sumber, dan negosiator.
Bagaimana seorang pemimpin memenuhi kesepuluh peran itu, hal itu akan ditentukan bagaimana kepemimpinannya. Mereka akan memiliki kecocokan dengan salah satu peran, dan biasanya mereka akan unggul dalam hal itu.
Page (Page, 1985 & Tornow, 1987) juga memusatka teori kepemimpinannya pada peran yang dibawakan pemimipin dalam posisi managerial. Menurutnya ada Sembilan kewajiban dan tanggung jawab manager dalam organisasi. Yaitu penyelia (supervising), perencan dan pengorganisasi, pembuat keputusan, pemantau indicator, pengendalian, perwakilan, pengkooordinasi, konsultasi, dan administrasi.
Sebagai manager sudah barang tentu seseorang yang dapat menduduki sembilan peran tersebut. Namun, setiap orang memiliki kemampuan tersendiri, sehingga ada yang kuat di peran tertentu dan lemah di peran yang lain.
Teori prilaku memusatkan perhatiannya pada perilaku pemimpin dalamkaitannya dengan struktur dan organisasi kelompok. Oleh karena itu, teori prilaku ini lebih sesuai untuk kepemimpinan dalam lingkungan organisasi atau perusahaan, karena peran pemimpin digariskan dengan jelas. Teori perilaku menurut beberapa ahli, antara lain;
Mintzberg (1973) mengemukakan sepuluh peran pemimpin (manager) sebagai berikut; Peran dalam hubungan antarpribadi adalah sebagai pemimpin, penghubung dan panutan (figurehead). Peran yang berkaitan dengan pemrosesan informasi adalah sebagai pemantau, penyebaran informasi dan juru bicara. Peran yang berkaitan dengan pembuatan keputusan adalah sebagai wiraswasta, penyelesaian gangguan, pengalokasian sumber, dan negosiator.
Bagaimana seorang pemimpin memenuhi kesepuluh peran itu, hal itu akan ditentukan bagaimana kepemimpinannya. Mereka akan memiliki kecocokan dengan salah satu peran, dan biasanya mereka akan unggul dalam hal itu.
Page (Page, 1985 & Tornow, 1987) juga memusatka teori kepemimpinannya pada peran yang dibawakan pemimipin dalam posisi managerial. Menurutnya ada Sembilan kewajiban dan tanggung jawab manager dalam organisasi. Yaitu penyelia (supervising), perencan dan pengorganisasi, pembuat keputusan, pemantau indicator, pengendalian, perwakilan, pengkooordinasi, konsultasi, dan administrasi.
Sebagai manager sudah barang tentu seseorang yang dapat menduduki sembilan peran tersebut. Namun, setiap orang memiliki kemampuan tersendiri, sehingga ada yang kuat di peran tertentu dan lemah di peran yang lain.
4.
Teori
Situasional
Teori situasional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dan situasi dilingkungan pemimpin itu.dalam hal ini ada dua macam hubungan, yaitu (1) perilaku pemimpin yang merupakan hasil atau akibat dari situasi dan (2) perilaku pemimpin merupakan penentu atau penyebab situasi. Dengan perkataan lain, pada hubungan pertama, pemimpin merupakan variabel ikutan (dependent variable), sedangkan yang kedua masuk dalam variabel bebas (independent variable).
Teori situasional berintikan hubungan antara perilaku pemimpin dan situasi dilingkungan pemimpin itu.dalam hal ini ada dua macam hubungan, yaitu (1) perilaku pemimpin yang merupakan hasil atau akibat dari situasi dan (2) perilaku pemimpin merupakan penentu atau penyebab situasi. Dengan perkataan lain, pada hubungan pertama, pemimpin merupakan variabel ikutan (dependent variable), sedangkan yang kedua masuk dalam variabel bebas (independent variable).
Perilaku Pemimpin sebagai
Akibat Situasi
Teori-teori yang membicarakan hal ini adalah;
Teori-teori yang membicarakan hal ini adalah;
a.
Teori Peran
(role theory) dari Merton (1957)
perilaku pemimpin disesuaikan pada perannya dalam kelompok, misalnya peran seorang komandan berbeda denga peran seorang ayah, sehingga perilaku seorang pemimpin berbeda ketika dia sedang berperan sebagai komandan dan ketika dia sedang menjadi ayah.
perilaku pemimpin disesuaikan pada perannya dalam kelompok, misalnya peran seorang komandan berbeda denga peran seorang ayah, sehingga perilaku seorang pemimpin berbeda ketika dia sedang berperan sebagai komandan dan ketika dia sedang menjadi ayah.
b.
Teori Harapan
(expectancy theory) dari Nebecker & Mitchell (1974)
perilaku pemimpin ditentukan oleh harapan kelompoknya, misalkan seorang ayah diharapkan untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan ayah yang lain diharapkan untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
perilaku pemimpin ditentukan oleh harapan kelompoknya, misalkan seorang ayah diharapkan untuk mencari nafkah bagi keluarganya, sedangkan ayah yang lain diharapkan untuk memberikan pendidikan bagi anak-anaknya.
c.
Teori
Adptif-Reaktif (adaptive-reactive theory) dari Osborne & Hunt (1975)
perilaku pemimpin tidak ditentukan oleh satu faktor tertentu, tetapi oleh interaksi antara bebrapa faktor dalam suatu situasi (multiple influence model). Dengan kata lain, pemimpin setiap kali menyesuaikan perilakunya pada perubahan situasi. Misalnya, perilaku komandan berbeda pada saat perang dan pada saat damai.
perilaku pemimpin tidak ditentukan oleh satu faktor tertentu, tetapi oleh interaksi antara bebrapa faktor dalam suatu situasi (multiple influence model). Dengan kata lain, pemimpin setiap kali menyesuaikan perilakunya pada perubahan situasi. Misalnya, perilaku komandan berbeda pada saat perang dan pada saat damai.
d.
Teori Pilihan Kendala (Constraints choices
model) dari Stewan (1967, 1976, 1982)
perilaku pemimpin disesuaikan dengan kendala-kendala yang ada. Ia akan memilih perilaku yang kendalanya terkecil. Misalnya seorang komandan tetara dalam situasi pertempuran, jika mengambil suatu tindakan kemungkinan korban sedikit dan kemenangan akan dicapai maka komandan akan melaksanakan hal itu, namun baila sebaliknya, lebih baik menunggu sampai situasi menguntungkan.
perilaku pemimpin disesuaikan dengan kendala-kendala yang ada. Ia akan memilih perilaku yang kendalanya terkecil. Misalnya seorang komandan tetara dalam situasi pertempuran, jika mengambil suatu tindakan kemungkinan korban sedikit dan kemenangan akan dicapai maka komandan akan melaksanakan hal itu, namun baila sebaliknya, lebih baik menunggu sampai situasi menguntungkan.
Perilaku
Pemimpin sebagai Penyebab Situasi
Dalam teori ini pemimpin dipandang sebagai pihak yang bereaksi terhadap situasi semat-mata, tetapi dipandang sebagai pihak yang lebih aktif, yang mengambil inisiatif, dan yang member dampak pada situasi. Teori ini dinamakan juga teori model kontingensi (contingency models). Beberapa ahli mengemukakan;
Dalam teori ini pemimpin dipandang sebagai pihak yang bereaksi terhadap situasi semat-mata, tetapi dipandang sebagai pihak yang lebih aktif, yang mengambil inisiatif, dan yang member dampak pada situasi. Teori ini dinamakan juga teori model kontingensi (contingency models). Beberapa ahli mengemukakan;
a.
Hourse &
Mitchell (1974) mengemukakan empat tipe perilaku pemimpin, yaitu; suportif
(mendukung), detektif (memeberi petunjuk), partisipatif (ikut terlibat), dan
orientasi prestasi (tujuan pencapaian terbaik).
b.
Hersey &
Blanchard (1969, 1977, 1982) mengemukakan dua tipe perilaku pemimpin, yaitu;
lebih mementingkan tugas (task behavior) dan lebih mementingkan hubungan
(relationship behavior)
c.
Kerr &
Jernier (1978) menyatakan, ada dua macam variabel situasi, yaitu (1) yang
mendukung efektivitas kepemimpinan (substitutes) dan (2) menghambat efektivitas
Kepemimpinan. Mengahadapi dua situasi itu memiliki sikap kepemimpinan yang berbeda. Dalam ha ini ada dua jenis pemimpin, yaitu; instrumental (mengawali, merangsang) dan suportif (melanjutkan, mempertahankan).
Kepemimpinan. Mengahadapi dua situasi itu memiliki sikap kepemimpinan yang berbeda. Dalam ha ini ada dua jenis pemimpin, yaitu; instrumental (mengawali, merangsang) dan suportif (melanjutkan, mempertahankan).
d.
Vroom &
Yettom (1973) mendasarkan pada bagaimana perilaku pembuatan keputusan pemimpin
mempengaruhi kualitas pembuatan keputusan bawahan dan penerimaan bawahan
terhadap keputusan. Ada tiga prosedur pembuatan keputusan, yaitu; otokratik
(membuat sendiri), konsultasi (konsultasi terlebih dahulu), dan keputusan
bersama.
e.
Fiedler
(1964, 1967) dan Sarwono (1995)
Efektivisas kepemimpinan tergantung pada persepsi pemimpin terhadap anggota kelompoknya. Persepsi pemimpin terhadap anggotanya diukur berdasarkan pada pandangannya terhadap anggota yang paling lemah, paling rendah prestasinya atau paling tidak disukai (LPC/ last preferred co-worked).
Referensi :
Efektivisas kepemimpinan tergantung pada persepsi pemimpin terhadap anggota kelompoknya. Persepsi pemimpin terhadap anggotanya diukur berdasarkan pada pandangannya terhadap anggota yang paling lemah, paling rendah prestasinya atau paling tidak disukai (LPC/ last preferred co-worked).
Referensi :
http://idadwiw.wordpress.com/2011/12/19/metode-pengembangan-organisasi/
No comments:
Post a Comment