Dalam pembuatan naskah yang baik
tergantung dari kerangka karangan yang telah digarap sebelumnya, beserta
perincian-perinciannya yang telah dilakukan kemudian. Perincian dari kerangka
karangan akan menghasilkan suatu bab-bab dan sub-sub bab. Dari bab-bab dan
sub-sub bab ini akan menghasilkan pokok-pokok pikiran atau gagasan utama dalam
sebuah paragraf atau alinea. Dalam pembuatan naskah yang baik juga kita harus
memperhatikan struktur kalimat dan pilihan kata (diksi) yang dibuat sedemikian
rupa, sehingga apa yang kita tulis itu jelas, teratur dan menarik.
Namun,
ada hal yang lebih penting dari semua hal yang telah diuraikan di atas. Sebuah
karangan juga menuntut suatu persyaratan lain yaitu persyaratan formal;
bagaimana supaya bentuk atau wajah dari karangan itu, sehingga kelihatan tampak
lebih indah dan menarik. Persyaratan formal ini meliputi bagian-bagian pelengkap
dan kebiasaan-kebiasaan yang harus diikuti dalam dunia kepenulisan. Semua
persyaratan ini secara umum disebut dengan konvensi naskah. Konvensi
naskah adalah penulisan sebuah naskah berdasarkan ketentuan, aturan yang sudah
lazim, dan sudah disepakati.
SYARAT FORMAL PENULISAN SEBUAH NASKAH
Dalam menyusun sebuah karangan
perlu adanya pengorganisasian karangan. Pengorganisasian karangan adalah
penyusunan seluruh unsur karangan menjadi satu kesatuan karangan dengan
berdasarkan persyaratan formal kebahasaan yang baik, benar, cermat, logis:
penguasaan, wawasan keilmuan bidang kajian yang ditulis secara memadai; dan
format pengetikan yang sistematis.
Persyaratan formal (bentuk
lahiriah) yang harus dipenuhi sebuah karya menyangkut tiga bagian utama, yaitu: Bagian
pelengkap pendahuluan, isi karangan, dan bagian pelengkap penutup.
Unsur-unsur dalam Penulisan Sebuah Karangan:
A. Bagian
Pelengkap Pendahuluan
a.
Judul Pendahuluan (Judul Sampul)
b.
Halaman Judul
c.
Halaman Persembahan (kalau ada)
d.
Halaman Pengesahan (kalau ada)
e.
Kata Pengantar
f.
Daftar Isi
g.
Daftar Gambar (kalau ada)
h.
Daftar Tabel (kalau ada)
B. Bagian
Isi Karangan
a.
Pendahuluan
b.
Tubuh Karangan
c.
Kesimpulan
C. Bagian
Pelengkap Penutup
a.
Daftar Pustaka (Bibliografi)
b.
Lampiran (Apendix)
c.
Indeks
d.
Riwayat Hidup Penulis
A. Bagian
Pelengkap Pendahuluan
Bagian pelengkap pendahuluan
atau disebut juga halaman-halaman pendahuluan sama sekali tidak
menyangkut isi karangan. Tetapi bagian ini harus disiapkan sebagai bahan
informasi bagi para pembaca dan sekaligus berfungsi menampilkan karangan itu
dalam bentuk yang kelihatan lebih menarik.
a. Judul
Pendahuluan (Judul Sampul) dan Halaman Judul
Judul pendahuluan adalah nama
karangan. Halaman judul pendahuluan tidak mengandung apa-apa kecuali
mencantumkan judul karangan atau judul buku. Judul karangan atau judul buku
ditulis dengan huruf kapital. Biasanya letaknya di tengah halaman agak ke atas.
Namun, variasi-variasi lain memang kerap sekali dijumpai. Dalam pembuatan
sebuah makalah atau skripsi, halaman judul mencantumkan nama karangan,
penjelasan adanya tugas, nama pengarang (penyusun), kelengkapan identitas
pengarang (nomor induk/registrasi, kelas, nomor absen), nama unit studi (unit
kerja), nama lembaga (jurusan, fakultas, unversitas), nama kota, dan tahun
penulisan.
Untuk memberikan daya tarik
pembaca, penyusunan judul perlu memperhatikan unsur-unsur sebagai berikut:





Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan makalah atau skripsi pada
halaman judul:
Judul diketik
dengan huruf kapital, misalnya:
UPAYA MENGATASI KEMISKINAN PADA
MASYARAKAT PEMUKIMAN KUMUH
DI KELURAHAN JATINEGARA JAKARTA TIMUR
Penjelasan
tentang tugas disusun dalam bentuk kalimat, misalnya:
Makalah ini Disusun untuk
Melengkapi Ujian Akhir
Mata Kuliah Bahasa Indonesia Semester
Ganjil 2009
Atau
Skripsi ini Diajukan untuk
Melengkapi Ujian Sarjana Ekonomi pada
Fakultas Ekonomi Universitas
Gunadarma
Nama penulis
ditulis dengan huruf kapital, di bawah nama dituliskan Nomor Induk
Mahasiswa
(NIM), misalnya:
ANASTASIA INDRIANI
10709234
Logo
universitas untuk makalah, skripsi, tesis, dan disertasi; makalah ilmiah tidak
diharuskan menggunakan logo.
Data
institusi mahasiswa mencantumkan program studi, jurusan, fakultas, unversitas,
nama kota, dan tahun ditulis dengan huruf kapital, misalnya:
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS GUNADARMA
JAKARTA
2008
Hal-hal yang harus dihindarkan
dalam halaman judul karangan formal:
1.
Komposisi tidak menarik.
2.
Tidak estetik.
3.
Hiasan gambar tidak relevan.
4.
Variasi huruf jenis huruf.
5.
Kata “ditulis (disusun) oleh.”
6.
Kata “NIM/NRP.”
7.
Hiasan, tanda-tanda, atau garis yang tidak
berfungsi.
8.
Kata-kata yang berisi slogan.
9.
Ungkapan emosional.
10.
Menuliskan kata-kata atau kalimat yang tidak
berfungsi.
b. Halaman
Persembahan
Bagian ini tidak terlalu
penting. Bila penulis ingin memasukan bagian ini, maka hal itu semata-mata
dibuat atas pertimbangan penulis. Persembahan ini jarang melebihi satu halaman,
dan biasanya terdiri dari beberapa kata saja, misalnya:
Kutulis novel ini
dengan cahaya cinta
untuk mahar menyunting belahan
jiwa,
Muyasaratun Sa’idah binti KH.
Muslim Djawahir, alm.
Rabbana hab lanaa min azwaajinaa
wa dzurriyyaatinaa
Qurrata a’yuni waj’alnaa lil
muttaqiina imaama. Amin.[3]
Bila penulis menganggap perlu
memasukkan persembahan ini, maka persembahan ini ditempatkan berhadapan dengan
halaman belakang judul buku, atau berhadapan dengan halaman belakang cover
buku, atau juga menyatu dengan halaman judul buku.
c. Halaman
Pengesahan
Halaman pengesahan digunakan sebagai
pembuktian bahwa karya ilmiah yang telah ditanda-tangani oleh pembimbing,
pembaca/penguji, dan ketua jurusan telah memenuhi persyaratan administratif
sebagai karya ilmiah. Halaman pengesahan biasanya digunakan untuk penulisan
skripsi, tesis, dan disertasi, sedangkan makalah ilmiah, dan karangan lainnya
(baik non-fiksi maupun fiksi) tidak mengharuskan adanya halaman pengesahan.
Penyusunan pengesahan ditulis dengan memperhatikan persyaratan formal urutan
dan tata letak unsur-unsur yang harus tertulis di dalamnya.
Judul skripsi seluruhnya ditulis
dengan huruf kapital pada posisi tengah antara margin kiri dan kanan. Nama
lengkap termasuk gelar akademis pembimbing materi/teknis, pembaca/penguji, dan
ketua program jurusan ditulis secara benar dan disusun secara simetri
kiri-kanan dan atas-bawah. Skripsi diajukan kepada sidang penguji akademis
setelah disetujui oleh pembimbing dan pembaca/penguji. Penulis skripsi
dinyatakan lulus jika skripsinya telah diuji di hadapan sidang terbuka/tertutup
dan telah ditanda-tangani oleh semua nama yang tercantum dalam halaman
pengesahan. Nama kota dan tanggal pengesahan ditulis di atas kata ketua
jurusan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
1.
Menggaris-bawahi nama dan kata-kata lainnya.
2.
Menggunakan titik atau koma pada akhir nama.
3.
Tulisan melampaui garis tepi.
4.
Menulis nama tidak lengkap.
5.
Menggunakan huruf yang tidak standar.
6.
Tidak mencantumkan gelar akademis.
d. Kata
Pengantar
Kata pengantar fungsinya sama
dengan sebuah surat pengantar. Kata pengantar adalah bagian karangan yang
berisi penjelasan mengapa menulis sebuah karangan. Setiap karangan ilmiah,
seperti: buku, skripsi, tesis, disertasi, makalah, atau laporan formal ilmiah
harus menggunakan kata pengantar. Di dalamnya disajikan informasi sebagai
berikut:
· Ucapan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Penjelasan adanya tugas penulisan karya ilmiah
(untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
·
Penjelasan pelaksanaan penulisan karya ilmiah
(untuk skripsi, tesis, disertasi, atau laporan formal ilmiah).
·
Penjelasan adanya bantuan, bimbingan, dan arahan
dari seseorang, sekolompok orang, atau organisasi/lembaga.
·
Ucapan terima kasih kepada seseorang, sekolompok
orang, atau organisasi/lembaga yang membantu.
·
Penyebutan nama kota, tanggal, bulan, tahun, dan
nama lengkap penulis, tanpa dibubuhi tanda-tangan.
·
Harapan penulis atas karangan tersebut.
·
Manfaat bagi pembaca serta kesediaan menerima
kritik dan saran.
Kata pengantar merupakan bagian
dari keseluruhan karya ilmiah. Sifatnya formal dan ilmiah. Oleh karena itu,
kata pengantar harus ditulis dengan Bahasa Indonesia yang baku, baik, dan
benar. Isi kata pengantar tidak menyajikan isi karangan, atau hal-hal lain yang
tertulis dalam pendahuluan, tubuh karangan, dan kesimpulan. Sebaliknya, apa
yang sudah tertulis dalam kata pengantar tidak ditulis ulang dalam isi
karangan.
Hal-hal yang harus dihindarkan:
·
Menguraikan isi karangan.
·
Mengungkapkan perasaan berlebihan.
·
Menyalahi kaidah bahasa.
·
Menunjukkan sikap kurang percaya
diri.
·
Kurang meyakinkan.
·
Kata pengantar terlalu panjang.
·
Menulis kata pengantar semacam
sambutan.
·
Kesalahan bahasa: ejaan, kalimat,
paragraf, diksi, dan tanda baca tidak efektif.
e. Daftar
Isi
Daftar isi adalah bagian
pelengkap pendahuluan yang memuat garis besar isi karangan ilmiah secara
lengkap dan menyeluruh, dari judul sampai dengan riwayat hidup penulis
sebagaimana lazimnya sebuah konvensi naskah karangan. Daftar isi berfungsi
untuk merujuk nomor halaman judul bab, sub-bab, dan unsur- unsur pelengkap dari
sebuah buku yang bersangkutan. Daftar isi disusun secara konsisten baik
penomoran, penulisan, maupun tata letak judul bab dan judul sub-sub bab.
Konsistensi ini dipengaruhi oleh bentuk yang digunakan.
f. Daftar
Gambar
Bila dalam buku itu terdapat
gambar-gambar, maka setiap gambar yang tercantum dalam karangan harus tertulis
didalam daftar gambar. Daftar gambar menginformasikan: judul gambar, dan nomor
halaman.
g. Daftar
Tabel
Bila dalam buku itu terdapat
tabel-tabel, maka setiap tabel yang tertulis dalam karangan harus tercantum
dalam daftar tabel. Daftar tabel ini menginformasikan: nama tabel dan nomor
halaman.
B. Bagian
Isi Karangan
Bagian isi karangan sebenarnya
merupakan inti dari karangan atau buku; atau secara singkat dapat dikatakan
karangan atau buku itu sendiri.
Pendahuluan
Pendahuluan adalah bab I
karangan. Tujuan utama pendahuluan adalah menarik perhatian pembaca, memusatkan
perhatian pembaca terhadap masalah yang dibicarakan, dan menunjukkan dasar yang
sebenarnya dari uraian itu. Pendahuluan terdiri dari latar belakang, masalah,
tujuan pembahasan, pembatasan masalah, landasan teori, dan metode pembahasan.
Kesuluruhan isi pendahuluan mengantarkan pembaca kepada materi yang akan
dibahas, dianalisis-sintesis, dideskripsi, atau diuraikan dalam bab kedua
sampai bab terakhir.
Untuk menulis pendahuluan yang
baik, penulis perlu memperhatikan pokok-pokok yang harus tertuang dalam
masing-masing unsur pendahuluan sebagai berikut:
1)
Latar belakang masalah, menyajikan:





2)
Tujuan penulisan berisi:



3)
Ruang lingkup masalah berisi:



4)
Landasan teori menyajikan:


5)
Sumber data penulisan berisi:





6)
Metode dan teknik penulisan berisi:


7)
Sistematika penulisan berisi:


Tubuh Karangan
Tubuh karangan atau bagian utama
karangan merupakan inti karangan berisi sajian pembahasan masalah. Bagian ini
menguraikan seluruh masalah yang dirumuskan pada pendahuluan secara tuntas
(sempurna). Di sinilah terletak segala masalah yang akan
dibahas secara sistematis. Kesempurnaan pembahasan diukur berdasarkan
kelengkapan unsur-unsur berikut ini:
1)
Ketuntasan materi:
Materi yang dibahas mencakup
seluruh variabel yang tertulis pada kalimat tesis, baik pembahasan yang berupa
data sekunder (kajian teoretik) maupun data primer. Pembahasan data primer
harus menyertakan pembuktian secara logika, fakta yang telah dianalisis atau
diuji kebenarannya, contoh-contoh, dan pembuktian lain yang dapat mendukung
ketuntasan pembenaran.
2)
Kejelasan uraian/deskripsi:
Kejelasan konsep:
Konsep adalah keseluruhan
pikiran yang terorganisasi secara utuh, jelas, dan tuntas dalam suatu kesatuan
makna. Untuk itu, penguraian dari bab ke sub-bab, dari sub-bab ke detail yang
lebih rinci sampai dengan uraian perlu memperhatikan kepaduan dan koherensial,
terutama dalam menganalisis, menginterpretasikan (manafsirkan) dan
menyintesiskan dalam suatu penegasan atau kesimpulan. Selain itu, penulis perlu
memperhatikan konsistensi dalam penomoran, penggunaan huruf, jarak spasi,
teknik kutipan, catatan pustaka, dan catatan kaki.
·
Kejelasan bahasa:
Kejelasan dan ketetapan pilihan
kata yang dapat diukur kebenarannya. Untuk mewujudkan hal itu, kata lugas atau
kata denotatif lebih baik daripada kata konotatif atau kata kias (terkecuali
dalam pembuatan karangan fiksi, kata konotatif atau kata kias sangat
diperlukan)
Kejelasan makna kalimat tidak
bermakna ganda, menggunakan struktur kalimat yang betul, menggunakan ejaan yang
baku, menggunakan kalimat efektif, menggunakan koordinatif dan subordinatif
secara benar.
Kejelasan makna paragraf dengan
memperhatikan syarat-syarat paragraf: kesatuan pikiran, kepaduan, koherensi
(dengan repetisi, kata ganti, paralelisme, kata transisi), dan menggunakan
pikiran utama, serta menunjukkan adanya penalaran yang logis (induktif,
deduktif, kausal, kronologis, spasial).
·
Kejelasan penyajian dan fakta kebenaran fakta:
Kejelasan penyajian fakta dapat
diupayakan dengan berbagai cara, antara lain: penyajian dari umum ke khusus,
dari yang terpenting ke kurang penting; kejelasan urutan proses. Untuk
menunjang kejelasan ini perlu didukung dengan gambar, grafik, bagan, tabel,
diagram, dan foto-foto. Namun, kebenaran fakta sendiri harus diperhatikan
kepastiannya.
Hal-hal lain yang harus
dihindarkan dalam penulisan karangan (ilmiah):
·
Subjektivitas dengan menggunakan kata-kata: saya
pikir, saya rasa, menurut pengalaman saya, dan lain-lain. Atasi subjektivitas
ini dengan menggunakan: penelitian membuktikan bahwa…, uji laboratorium
membuktikan bahwa…, survei membuktikan bahwa…,
·
Kesalahan: pembuktian pendapat tidak mencukupi,
penolakan konsep tanpa alasan yang cukup, salah nalar, penjelasan tidak tuntas,
alur pikir (dari topik sampai dengan simpulan) tidak konsisten, pembuktian
dengan prasangka atau berdasarkan kepentingan pribadi, pengungkapan maksud yang
tidak jelas arahnya, definisi variabel tidak (kurang) operasional, proposisi
yang dikembangkan tidak jelas, terlalu panjang, atau bias, uraian tidak sesuai
dengan judul.
Kesimpulan
Kesimpulan atau simpulan
merupakan bagian terakhir atau penutup dari isi karangan, dan juga merupakan
bagian terpenting sebuah karangan ilmiah. Pembaca yang tidak memiliki cukup
waktu untuk membaca naskah seutuhnya cenderung akan membaca bagian-bagian
penting saja, antara lain kesimpulan. Oleh karena itu, kesimpulan harus disusun
sebaik mungkin. Kesimpulan harus dirumuskan dengan tegas sebagai suatu pendapat
pengarang atau penulis terhadap masalah yang telah diuraikan.
Penulis dapat merumuskan
kesimpulannya dengan dua cara:
·
Dalam tulisan-tulisan yang bersifat
argumentatif, dapat dibuat ringkasan-ringkasan argumen yang penting dalam
bentuk dalil-dalil (atau tesis-tesis), sejalan dengan perkembangan dalam tubuh
karangan itu.
·
Untuk kesimpulan-kesimpulan biasa, cukup
disarikan tujuan atau isi yang umum dari pokok-pokok yang telah diuraikan dalam
tubuh karangan itu.
C. Bagian
Pelengkap Penutup
Bagian pelengkap penutup juga
merupakan syarat-syarat formal bagi suatu karangan ilmiah.
a. Daftar
pustaka (Bibliografi)
Setiap karangan ilmiah harus
menggunakan data pustaka atau catatan kaki dan dilengkapi dengan daftar bacaan.
Daftar pustaka (bibliografi) adalah daftar yang berisi judul buku, artikel, dan
bahan penerbitan lainnya yang mempunyai pertalian dengan sebuah atau sebagian
karangan.
Unsur-unsur daftar pustaka
meliputi:
·
Nama pengarang: penulisannya dibalik
dengan menggunakan koma.
·
Tahun terbit.
·
Judul buku: penulisannya bercetak
miring.
·
Data publikasi, meliputi tempat/kota
terbit, dan penerbit..
·
Untuk sebuah artikel diperlukan pula
judul artikel, nama majalah, jilid, nomor, dan tahun terbit.
Contoh: Tarigan, Henry.
1990. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa. (Banyak
versi lainnya, misal: Sistem Harvard, Sistem Vancover, dan lain-lain)
Keterangan:
·
Jika buku itu disusun oleh dua pengarang, nama
pengarang kedua tidak perlu dibalik.
·
Jika buku itu disusun oleh lembaga, nama lembaga
itu yang dipakai untuk menggantikan nama pengarang.
·
Jika buku itu merupakan editorial (bunga
rampai), nama editor yang dipakai dan di belakangnya diberi keterangan ed. ‘editor’
·
Nama gelar pengarang lazimnya tidak dituliskan.
·
Daftar pustaka disusun secara alfabetis
berdasarkan urutan huruf awal nama belakang pengarang.
b. Lampiran
(Apendix)
Lampiran (apendix) merupakan
suatu bagian pelengkap yang fungsinya terkadang tumpang tindih dengan catatan
kaki. Bila penulis ingin memasukan suatu bahan informasi secara panjang lebar,
atau sesuatu informasi yang baru, maka dapat dimasukkan dalam lampiran ini.
Lampiran ini dapat berupa esai, cerita, daftar nama, model analisis, dan
lain-lain. Lampiran ini disertakan sebagai bagian dari pembuktian ilmiah.
Penyajian dalam bentuk lampiran agar tidak mengganggu pembahasan jika
disertakan dalam uraian.
c. Indeks
Indeks adalah daftar kata atau
istilah yang digunakan dalam uraian dan disusun secara alfabetis (urut abjad).
Penulisan indeks disertai nomor halaman yang mencantumkan penggunaan istilah
tersebut. Indeks berfungsi untuk memudahkan pencarian kata dan penggunaannya
dalam pembahasan.
d. Riwayat
Hidup Penulis
Buku, skripsi, tesis, disertasi
perlu disertai daftar riwayat hidup. Dalam skripsi menuntut daftar RHP lebih
lengkap. Daftar riwayat hidup merupakan gambaran kehidupan penulis atau
pengarang. Daftar riwayat hidup meliputi: nama penulis, tempat tanggal lahir,
pendidikan, pengalaman berorganisasi atau pekerjaan, dan karya-karya yang telah
dihasilkan oleh penulis.
Daftar Pustaka :
[1] Widjono HS, BAHASA
INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi (Jakarta:
PT. Grasindo, 2007), hal. 268.
[2] Prof. DR. Gorys Keraf, KOMPOSISI (Jakarta:
Nusa Indah, 1994), hal. 229.
[3] Contoh halaman
persembahan diambil dari novel Ayat-ayat Cinta, buah karya dari
Habiburrahman El- Shirazy.
[4] Dra. Yani Maryani,
dkk. Intisari Bahasa dan Sastra Indonesia (Bandung: Pustaka
Setia, 2005), hal. 17.
Keraf, Gorys. Komposisi. Jakarta:
Nusa Indah, 1994.
HS, Widjono. BAHASA
INDONESIA Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
PT. Grasindo, 2007.
Maryani, Yani, dkk. Intisari
Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia, 2005.
Ati.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19584/Konvensi+Naskah.doc
No comments:
Post a Comment